Halaman

SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANA KAMI, TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA

MITOS

Kampungku
ASAL-USUL DESA WATUAGUNG,PRIGEN JAWA TIMUR
          Pada jaman dahulu kala, telah terjadi peperangan yang sangat besar antara Kerajaan Singosari dan Kerajaan kediri. Dalam peperangan itu telah menelan banyak korban dari kalangan rakyat yang meninggal dunia. Dalam peperangan itu, Kerajaan Singosari kalah dan banyak Punggawa-punggawa kerajaan Singosari yang lari tidak tentu arah untuk menyelamatkan diri dan mencari kehidupan yang Aman.
          Punggawa-punggawa kerajaan tersebut antara lain: Ki agung, ki Truno, dan  Dewi sekar Ajek. Ketiganya lari dalam keadaan terluka. Dalam pelarianya itu akhirnya dari kejauhan merka melihat pohon yang sangat besar selanjutnya ketiganya menuju ke bawah pohon besar itu untuk berteduh, ternyata pohon besar itu adalah pohon beringin yang tumbuh diatas batu yang sangat besar. Disitu pulahlah ada seseorang nenek yang sangat tua sedang duduk bersandar dan berteduh di bawah pohon itu. Nama nenek itu adalah Nyai Sunten, anehnya Nyai Sunten tersebut didamping oleh seekor singa putih yang sangat besar, dengan perasaan takut ki ageng, ki Truno, dan Dewi  sekar Ajek minta Tolong kepada Nyai sunten Untuk mengobati luka meraka, setelah sekian lama akhirnya luka mereka sudah sembuh sehingga, ketiganya oleh Nyai Sunten disuruh membuat tempat atau Babat Alas, untuk mendirikan sebuah desa. Selama perjalanan Babat Alas ki agung sering menemukan batu-batu yang sangat besar, yang selanjutnya tempat itu dinamakan Watuagung, Sehingga banyak orang yang berdatangan ke tempat itu.Sedangkan Ki truno disuruh berjalan kearah utara untuk babat alas. Disana Ki truno bertemu seseorang yang sedang berteduh di bawah pohon besar, setelah ditanya oleh Ki Truno, katanya orang tersebut berasal dari Kudus sehingga pohon tersebut dinamakan pohon kudus, sedangkan ki truno dan orang dari kudus tersebut kalau akan mandi di sungai perlu membuat pancuran/talang  untuk mengalirkan air, Sehingga itu tempat tersebut dinamakan Talang Truno, lain halnya dengan Dewi sekar ajek waktu mencari tempat selalu ditemani singa putih juga berteduh di pohon besar yang namanya pohon setono di bawah pohon tersebut banyak di tumbuhi bunga-bunga, maka tempat tersebut di namakan SEKAR, Sedangkan singa putih sering kembali ke tempat  Nyai Sunten dalam kehidupan sehari-hari jika ada orang sakit sering meminta tolong ke Nyai Sunten untuk mengobati
Waktu terus berjalan setelah Ki Agung,Ki truno dan Dewi sekar Ajek kembali dari pengembaraanya, Nyai Sunten sudah tua dan akhirnya dia meninggal. Dan jasad Nyai Sunten di makamkan di bawah Pohon beringin yang Tumbuh Diatas Batu Besar sehingga Tempat itu dinamakan Watu Dukun. oleh Ki agung,Ki Truno Dan Dewi sekar ajek desa itu dinamakan Watuagung.





5 komentar:

  1. Izin COPAS untuk Skripsi broo... :D

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. itu sumbernya dari mana bro...
    pernah dengar dari dalah seorang warga dusun Watuagung ( sayang orangnya sudah meninggal ) bekiau bercerita kalau waktu beliau masih kecil disitu masih belum ada pohon besar. berarti pohon itu baru ada sekitar tahun 1930an karena beliau meninggal sekitar 4 tahun yang lalu. coba cari informasi lagi dari berbagai sumber supaya bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya jg mitos. suka2 pengarang mau nulis cerita fiksi kan.
      dan lg, watu dukun itu sudah ada dr kakek nenek gua lahir. begitu pula yg namanya pohon kudus. udah dr zaman bahelo keleus. tp skrng kedua tempat yg katanya keramat itu udah ditebang oleh orang biasa. dan penebang itu masih hidup sampai skrng. bahkan sehat bugar. meskipun banyak yg tdk setuju kedua pohon tsb ditumbangkan. kasihan si penebang, banyak kali musuhnya. namun, demi menyelamatkan umat agar tdk tersesat terlalu jauh (sering ditemukan sesajen di bawah kedua pohon tsb) akhirnya dengan Nama Allah, ditumbangkanlah kedua pohon tsb.

      Hapus
  4. Cerita di atas hampir sesuai dengan cerita masyarakat setempat

    BalasHapus